Pemanfaatan Limbah Bambu untuk Mainan Musik Prasekolah dengan Pendekatan Surface Mimicry

Isi Artikel Utama

Bismo Jelantik Joyodiharjo
Nabilla Puteri Sidarta
Yasraf Amir Piliang
Dwinita Larasati
Tati Suryati Syamsudin

Abstrak

Dalam proses desain, Surface Mimicry dapat digunakan sebagai pendekatan alternatif dengan memanfaatkan peran dan kemiripan dari objek berdasarkan familiaritas bentuknya. Berbeda dengan behavior dan functional mimicry, sudut pandang pada surface mimicry lebih mengekspresikan kemiripan objek secara visual dibandingkan aksi dan fungsinya. Bambu merupakan material tradisional Indonesia yang mudah ditemukan dan digunakan sebagai bahan dasar beragam alat musik,  namun limbahnya masih jarang diolah. Contohnya di lokasi mitra Saung Angklung Udjo sebagai pemasok angklung dalam jumlah besar di Jawa Barat, limbah sisa hasil produksi dengan proses subtraktif batang bambu dengan beragam ukuran berakhir menjadi material yang hanya dibakar. Artikel ini menceritakan proses desain karya purwarupa mainan musik prasekolah yang memanfaatkan potensi limbah bambu serta proses produksi subtraktif melalui pendekatan surface mimicry yang relevan dengan karakter bentuk material aslinya. Kegiatan eksplorasi desain ini merupakan bagian dari penelitian mimicry (surface, behaviour, function), process (formatif, subtraktif, aditif) dan system (integral, modular) yang dapat menjadi metode alternatif dalam pengembangan produk inovatif dalam konteks desain yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Rincian Artikel

Cara Mengutip
Joyodiharjo, B. J., Sidarta, N. P., Piliang, Y. A., Larasati, D., & Syamsudin, T. S. (2024). Pemanfaatan Limbah Bambu untuk Mainan Musik Prasekolah dengan Pendekatan Surface Mimicry . Serat Rupa Journal of Design, 8(1). https://doi.org/10.28932/srjd.v8i1.6478
Bagian
Articles

Referensi

Herawati, L., & Pawitra, T. A. (2013). Evaluasi data antropometri anak-anak usia 4-6 tahun di Jawa Timur dan aplikasi pada perancangan fasilitas belajar di sekolah. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 12(2), 142-150. https://doi.org/10.23917/jiti.v12i2.641

Ismail, M. J. B., Chiat, L. F., Yusuf, R., & Kamis, M. S. B. (2018). Comparison of dalcroze eurhythmics teaching approach with conventional approach to enhance kompang playing skills among Malaysian children. International Journal of Humanities and Social Science, 5(6), 64-69. https://doi.org/10.14445/23942703/IJHSS-V5I6P112

Nugraha, A. (2015). Angklung traditional Sunda: Intangible, cultural heritage of humanity, penerapannya dan pengkontribusiannya terhadap kelahiran angklung Indonesia. Jurnal Awi Laras 2, 2-7.

Panksepp, J., & Bernatzky, G. (2002). Emotional sounds and the brain: the neuro-affective foundations of musical appreciation. Behavioural Processes, 60(2), 133-155. https://doi.org/10.1016/S0376-6357(02)00080-3

Susanti, T., & Pamungkas, J. (2023). Analisis Penggunaan Alat Musik Rebana sebagai Media Pembelajaran Seni Musik Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi, 7(2). https://doi.org/10.31004/obsesi.v7i2.3304

Tarnowski, S. M. (1999). Musical play and young children: a music techer can enhance a child’s learning and development by encouraging musical play activities. Music Educators Journal, 86(1). https://doi.org/10.2307/3399573